Trilogy Maritime, Solusi Tekan Biaya Logistik Nasional hingga 4,9 Persen - WARTA MARITIM INDONESIA I MEDIA INFORMASI KEMARITIMAN

Breaking

SPTP

 


SPSL


 

SPMT




SPJM


PT Akses Pelabuhan Indonesia



 

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Kamis, 16 Mei 2019

Trilogy Maritime, Solusi Tekan Biaya Logistik Nasional hingga 4,9 Persen

JAKARTA (Warta Maritim Indonesia) – Direktur Utama IPC/PT Pelindo II (Persero), Elvyn G Masassya, kembali mendeclair adanya konsep Trilogi Maritim yakni jaringan pelabuhan yang terintegrasi (integrated port network), bisa menjadi salah satu cara menurunkan biaya logistik nasional sebesar 4,9 persen dalam tiga tahun ke depan.
 
Hal itu dikemukakan Dirut Elvyn didampingi  jajaran direksi IPC saat acara buka puasa bersama sahabat media di Jakarta, bertempat Hotel  Doble Try Cikini Menteng Jakarta Pusat, Kamis Kemarin, (16/5/2019).

“Sebagai tolok ukur kami (IPC-Red), bahwa Tahun 2018, biaya logistik nasional sebesar 23,6 persen dari total produk domestik bruto. Dengan Trilogi Maritim IPC yakin bahwa biaya logistik turun menjadi 18,7 persen pada tahun 2022 nanti. Caranya adalah dengan Konsep Trilogi Maritim mencakup tiga pilar, yaitu standarisasi pelabuhan, aliansi pelayaran dan industri yang terakses baik dengan pelabuhan. Dalam hal standarisasi pelabuhan, perlu ada kualitas standar, baik fisik maupun teknologi yang digunakan,” ungkap Dirut Elvyn.

Sejak 2016 , Kata Dirut Elvyn, pihaknya telah melakukan standarisasi pelabuhan dengan menitikberatkan pengembangan fisik serta digitalisasi, sehingga layanan dan operasional lebih cepat dan mudah. IPC saat ini terus melakukan transformasi untuk menjadi trade facilitator pada Tahun 2024 mendatang.

Dirut Elvyn menyebutkan terkait Pelabuhan Tanjung Priok menjadi pelabuhan hub terbesar di Asia Tenggara. IPC telah membuka layanan pelayaran langsung (direct call services) ke Amerika, Eropa, Australia dan Intra Asia. IPC terus mengembangkan layanan direct call dari Tanjung Priok, dan yang terbaru adalah melalui penguatan kerja sama dengan Pelabuhan Ningbo, Cina, pada akhir April lalu.

“Dengan layanan direct call, ekspor atau impor tak perlu lagi mampir ke Singapura. “Tanpa transhipment di Singapura, biaya jasa kepelabuhanan dan jasa tambang (freight cost) terpangkas hingga 40 persen,” terangnya.

Elvyn  G Masassya juga memaparkan capaian IPC selama kuartal I 2019. Pada kuartal I IPC memperoleh laba bersih tercatat Rp. 757,9 miliar. Angka ini naik 50,8 persen  jika dibandingkan kuartal I 2018 yang sebesar Rp. 500 miliar. Pendapatan usaha juga naik 5,53 persen, dari Rp. 2,6 triliun menjadi Rp. 2,74 triliun.
EBITDA turun 0,9 persen, dari Rp. 1,09 triliun menjadi Rp. 1,08 triliun. Biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) juga mengalami sedikit kenaikan, dari 65,58 persen menjadi 67,48 persen. 

"Arus  Petikemas kuartal I 2019 tercatat 1,83 juta TEUs. Angka ini sama dengan kuartal I 2018. Untuk arus non peti kemas, IPC mencatat kenaikan sebesar 5,53 persen dari 13,36 juta Ton menjadi 14,10 juta Ton," jelas Elvyn G Masassya.

Pada kesempatan itu, Dirut Elvyn  juga menyampaikan kesiapan arus mudik lebaran 2019, semua pelabuhan yang dikelola IPC siap menyambut kedatangan dan keberangkatan para pemudik. Khusus di Pelabuhan Tanjung Priok, IPC memberikan fasilitas mudik gratis untuk 2000 pemudik tujuan Batam dan Surabaya dengan kapal laut. 

IPC juga memfasilitasi sekitar 22.000 orang pemudik tujuan Jawa dan Sumatera. IPC menyiapkan 406 bus berstandar pariwisata dengan tujuan beberapa kota utama di Jawa dan Sumatera. "Mudik gratis bersama IPC Grup 2019 juga memberikan layanan angkutan balik bagi pemudik yang hendak kembali ke Jakarta setelah berlebaran,” Imbuhnya. (Arif S.).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad