JAKARTA
(Warta Maritim Indonesia) – Direktur
Utama IPC/PT Pelindo II (Persero), Elvyn G Masassya, kembali mendeclair adanya konsep Trilogi Maritim
yakni jaringan pelabuhan yang terintegrasi (integrated port network), bisa
menjadi salah satu cara menurunkan biaya logistik nasional sebesar 4,9 persen dalam tiga
tahun ke depan.
Hal itu dikemukakan Dirut Elvyn didampingi jajaran direksi IPC saat acara buka puasa bersama sahabat media di Jakarta,
bertempat Hotel Doble Try Cikini Menteng
Jakarta Pusat, Kamis Kemarin, (16/5/2019).
“Sebagai tolok ukur kami (IPC-Red),
bahwa Tahun 2018, biaya logistik nasional sebesar 23,6 persen dari total produk
domestik bruto. Dengan Trilogi Maritim IPC yakin bahwa biaya logistik turun
menjadi 18,7 persen pada tahun 2022 nanti. Caranya adalah dengan Konsep Trilogi
Maritim mencakup tiga pilar, yaitu standarisasi pelabuhan, aliansi pelayaran
dan industri yang terakses baik dengan pelabuhan. Dalam hal standarisasi
pelabuhan, perlu ada kualitas standar, baik fisik maupun teknologi yang
digunakan,” ungkap Dirut Elvyn.
Sejak 2016 , Kata Dirut Elvyn,
pihaknya telah melakukan standarisasi pelabuhan dengan menitikberatkan
pengembangan fisik serta digitalisasi, sehingga layanan dan operasional lebih
cepat dan mudah. IPC saat ini terus melakukan transformasi untuk menjadi trade
facilitator pada Tahun 2024 mendatang.
Dirut Elvyn menyebutkan terkait Pelabuhan
Tanjung Priok menjadi pelabuhan hub terbesar di Asia Tenggara. IPC telah
membuka layanan pelayaran langsung (direct call services) ke Amerika, Eropa,
Australia dan Intra Asia. IPC terus mengembangkan layanan direct call dari
Tanjung Priok, dan yang terbaru adalah melalui penguatan kerja sama dengan
Pelabuhan Ningbo, Cina, pada akhir April lalu.
“Dengan layanan direct call, ekspor
atau impor tak perlu lagi mampir ke Singapura. “Tanpa transhipment di
Singapura, biaya jasa kepelabuhanan dan jasa tambang (freight cost) terpangkas
hingga 40 persen,” terangnya.
Elvyn G Masassya juga
memaparkan capaian IPC selama kuartal I 2019. Pada kuartal I IPC memperoleh
laba bersih tercatat Rp. 757,9 miliar. Angka ini naik 50,8 persen jika
dibandingkan kuartal I 2018 yang sebesar Rp. 500 miliar. Pendapatan usaha juga
naik 5,53 persen, dari Rp. 2,6 triliun menjadi Rp. 2,74 triliun.
EBITDA turun 0,9 persen, dari Rp.
1,09 triliun menjadi Rp. 1,08 triliun. Biaya operasional terhadap pendapatan
operasional (BOPO) juga mengalami sedikit kenaikan, dari 65,58 persen menjadi
67,48 persen.
"Arus Petikemas
kuartal I 2019 tercatat 1,83 juta TEUs. Angka ini sama dengan kuartal I 2018.
Untuk arus non peti kemas, IPC mencatat kenaikan sebesar 5,53 persen dari 13,36
juta Ton menjadi 14,10 juta Ton," jelas Elvyn G Masassya.
Pada kesempatan itu, Dirut Elvyn juga menyampaikan kesiapan arus mudik lebaran 2019, semua pelabuhan
yang dikelola IPC siap menyambut kedatangan dan keberangkatan para pemudik.
Khusus di Pelabuhan Tanjung Priok, IPC memberikan fasilitas mudik gratis untuk
2000 pemudik tujuan Batam dan Surabaya dengan kapal laut.
IPC juga memfasilitasi sekitar
22.000 orang pemudik tujuan Jawa dan Sumatera. IPC menyiapkan 406 bus
berstandar pariwisata dengan tujuan beberapa kota utama di Jawa dan Sumatera.
"Mudik gratis bersama IPC Grup 2019 juga memberikan layanan angkutan balik
bagi pemudik yang hendak kembali ke Jakarta setelah berlebaran,” Imbuhnya. (Arif
S.).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar