BATAM, Warta Maritim Indonesia –
Para Negara Pantai yakni Indonesia, Singapura dan Malasia, terus mengoptimalkan
pemanfaatan Marine Electronic Highway (MEH) untuk peningkatan keselamatan
pelayaran dan perlindungan lingkungan maritim di Selat Malaka dan Selat
Singapura.
Demikian disampaikan Dirjen
Perhubungan Laut yang diwakili oleh Direktur Kenavigasian, Basar Antonius usai
membuka pertemuan Marine Electronic Highway (MEH) Working Group Intersessional
Meeting di Hotel Aston - Batam (22/8/2019).
Marine Electronic Highway (MEH)
Demonstration Project adalah salah satu project yang dilaksanakan atas
kerjasama antara 3 (tiga) Negara Pantai di Selat Malaka dan Selat Singapura
(Indonesia, Malaysia, Singapura) dengan World Bank, International Maritime
Organization (IMO), International Hydrographic Organization (IHO), the
International Association of Independent Tanker Owners (INTERTANKO) dan the
International Chamber of Shipping (ICS).
"Pemanfaatan MEH dilakukan
melalui penyediaan data arus, pasang surut dan angin (current, tide and wind
data), serta pelayanan terkait lainnya" kata Basar.
MEH Data Centre tersebut berlokasi
di Batam, sedangkan data-data berasal dari sensor station yang tersebar di 3
(tiga) Negara Pantai di Selat Malaka dan Selat Singapura. MEH Data Centre ini
telah diresmikan secara resmi oleh Sekretaris Jenderal International Maritime
Organization (IMO) pada tahun 2012.
Dalam forum TTEG telah dibentuk
permanent MEH working Group untuk membahas lebih lanjut implementasi MEH di
ketiga Negara Pantai di Selat Malaka dan Selat Singapura, terutama terkait
dengan teknis pengoperasian MEH Data Centre, Sensor Station, dan terkait dengan
keberlangsungan pendanaan MEH.
Untuk melakukan hal tersebut
tentunya dibutuhkan kerjasama dan komitmen yang kuat antara tiga Negara Pantai,
stakeholder, serta pengguna Selat Malaka dan Selat Singapura.
Indonesia akan menyampaikan
langkah-langkah ke depan yang harus ditempuh sebagai upaya untuk menjaga
keberlangsungan MEH Data Centre, antara lain melalui pelaksanaan studi yang
komprehensif tentang operasional MEH.
“Studi ini nantinya dapat dibahas
lebih lanjut pada pertemuan TTEG ke-44 bulan September 2019 mendatang dan dapat
menjadi project baru di forum Cooperative Mechanism (CM),” tutup Basar.
Pertemuan dihadiri tiga negara
pantai (Indonesia, Malaysia, Singapura) serta perwakilan dari Malacca Straits
Council (MSC). Hal ini merupakan tindak lanjut dari hasil pertemuan 43rd
Tripartite Technical Expert Group (TTEG) Meeting dan 10th MEH Working Group
Meeting yang dihelat di Singapura pada tahun 2018. Waktu itu diputuskan bahwa
perlu dilaksanakan pembahasan lebih lanjut dalam pertemuan intersessional.
(MUNAWAR)
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar