Indonesia – Malaysia dan Singapura Bahyas Pemanfaatan MARINE ELECTRONIC HIGHWAY (MEH) Untuk KESELAMATAN PELAYARAN - WARTA MARITIM INDONESIA I MEDIA INFORMASI KEMARITIMAN

Breaking

SPTP

 


SPSL


 

SPJM


PT Akses Pelabuhan Indonesia


SPMT




Regional 4 Makasar


 

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Jumat, 23 Agustus 2019

Indonesia – Malaysia dan Singapura Bahyas Pemanfaatan MARINE ELECTRONIC HIGHWAY (MEH) Untuk KESELAMATAN PELAYARAN


BATAM, Warta Maritim Indonesia – Para Negara Pantai yakni Indonesia, Singapura dan Malasia, terus mengoptimalkan pemanfaatan Marine Electronic Highway (MEH) untuk peningkatan keselamatan pelayaran dan perlindungan lingkungan maritim di Selat Malaka dan Selat Singapura.

Demikian disampaikan Dirjen Perhubungan Laut yang diwakili oleh Direktur Kenavigasian, Basar Antonius usai membuka pertemuan Marine Electronic Highway (MEH) Working Group Intersessional Meeting di Hotel Aston - Batam  (22/8/2019). 

Marine Electronic Highway (MEH) Demonstration Project adalah salah satu project yang dilaksanakan atas kerjasama antara 3 (tiga) Negara Pantai di Selat Malaka dan Selat Singapura (Indonesia, Malaysia, Singapura) dengan World Bank, International Maritime Organization (IMO), International Hydrographic Organization (IHO), the International Association of Independent Tanker Owners (INTERTANKO) dan the International Chamber of Shipping (ICS).

"Pemanfaatan MEH dilakukan melalui penyediaan data arus, pasang surut dan angin (current, tide and wind data), serta pelayanan terkait lainnya" kata Basar.

MEH Data Centre tersebut berlokasi di Batam, sedangkan data-data berasal dari sensor station yang tersebar di 3 (tiga) Negara Pantai di Selat Malaka dan Selat Singapura. MEH Data Centre ini telah diresmikan secara resmi oleh Sekretaris Jenderal International Maritime Organization (IMO) pada tahun 2012.

Dalam forum TTEG telah dibentuk permanent MEH working Group untuk membahas lebih lanjut implementasi MEH di ketiga Negara Pantai di Selat Malaka dan Selat Singapura, terutama terkait dengan teknis pengoperasian MEH Data Centre, Sensor Station, dan terkait dengan keberlangsungan pendanaan MEH.

Untuk melakukan hal tersebut tentunya dibutuhkan kerjasama dan komitmen yang kuat antara tiga Negara Pantai, stakeholder, serta pengguna Selat Malaka dan Selat Singapura.

Indonesia akan menyampaikan langkah-langkah ke depan yang harus ditempuh sebagai upaya untuk menjaga keberlangsungan MEH Data Centre, antara lain melalui pelaksanaan studi yang komprehensif tentang operasional MEH.

“Studi ini nantinya dapat dibahas lebih lanjut pada pertemuan TTEG ke-44 bulan September 2019 mendatang dan dapat menjadi project baru di forum Cooperative Mechanism (CM),” tutup Basar.

Pertemuan dihadiri tiga negara pantai (Indonesia, Malaysia, Singapura) serta perwakilan dari Malacca Straits Council (MSC). Hal ini merupakan tindak lanjut dari hasil pertemuan 43rd Tripartite Technical Expert Group (TTEG) Meeting dan 10th MEH Working Group Meeting yang dihelat di Singapura pada tahun 2018. Waktu itu diputuskan bahwa perlu dilaksanakan pembahasan lebih lanjut dalam pertemuan intersessional.

(MUNAWAR) .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad